STARNEWSID.COM, MAKASSAR – Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2024 telah digelar di Benteng Rotterdam, Makassar, mulai dari tanggal 3 hingga 9 November 2024. Festival ini telah menarik perhatian ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia yang berkunjung untuk menikmati beragam seni media yang dihadirkan dalam festival ini.
Salah satu Dewan Kurator FKSM, Shohifur Ridho’i, mengungkapkan antusiasme pengunjung yang terus meningkat setiap harinya. “Hari pertama pengunjungnya tidak mencapai seribu, namun kini, di hari keenam, jumlah pengunjung telah mencapai sekitar 10.000 orang,” ujarnya kepada media starnewsid.com (8/11/2024).
Festival Komunitas Seni Media diselenggarakan oleh Pogja Seni Perfilman, Musik, dan Seni Media, bekerja sama dengan Indonesian Heritage. Acara ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai badan pemerintahan di Sulawesi, serta museum dan lembaga cagar budaya. Festival ini rutin diadakan setiap tahun dan berpindah-pindah lokasi. Sebelumnya, FKSM 2023 diadakan di Lombok, dan pada 2022, festival ini diselenggarakan di Bengkulu.
Festival ini, yang pada awalnya dikenal dengan nama Pekan Seni Media sejak 2009, resmi berubah nama menjadi Festival Komunitas Seni Media pada 2022. Perubahan nama ini tidak hanya mencerminkan evolusi dalam konsep dan cakupan festival, tetapi juga bertujuan untuk lebih melibatkan komunitas-komunitas seni media dari berbagai wilayah di Indonesia.
Tahun ini, lokasi penyelenggaraan di Benteng Rotterdam memberikan suasana unik bagi festival yang fokus pada eksplorasi seni media. Benteng Rotterdam sendiri merupakan situs bersejarah yang menyimpan jejak kolonialisme di Indonesia, sehingga festival ini juga membawa tema “jelajah” yang menggambarkan penjelajahan dan eksplorasi. Menurut Ridho’i, tema ini berhubungan dengan sejarah tempat dan semangat seni media yang terus bereksperimen dengan teknologi baru serta bentuk dan alat yang berkembang.
Festival ini juga mengangkat elemen budaya lokal dan teknologi dalam seni media. Dalam festival kali ini, terdapat konsep “sindrijala,” yang merujuk pada mitologi lokal dan tema budaya maritim yang khas di Indonesia. “Sindrijala” ini juga menghubungkan seni media dengan lokalitas, teknologi, dan medium yang dekat dengan kehidupan masyarakat setempat, sehingga menciptakan jembatan antara tradisi dan teknologi modern.
Terkait penyelenggara, Dewan Kurator FKSM tahun ini melibatkan enam kurator, yaitu Yudi Ahmad Tajudin sebagai Direktur Festival, serta kurator Bob Adrian, Akbar Yumni, Ignatian Nilu, Saifuri Doi, Rahmat Mustamin, dan Mega Nur. Festival ini juga didukung oleh berbagai komunitas lokal serta pengelola dan pengawas cagar budaya, yang berkolaborasi untuk memperkaya isi dan nuansa festival.
Selain pengunjung umum, festival ini juga dihadiri oleh banyak anak muda yang tertarik dengan konsep seni media yang unik. Nabila (21) dan Fitri (20), dua mahasiswa yang hadir di festival, mengaku sangat terkesan dengan karya-karya seni yang ditampilkan. “Karya-karyanya menarik untuk dilihat, tapi sayang sekali, waktu yang diberikan hanya tiga menit untuk menikmati setiap ruangan, jadi kami merasa kurang puas,” ungkap Nabila.
Sementara itu, Rahmad Dyor Manalu, seorang pengunjung asal Medan, merasa bahwa festival ini memberikan pengalaman baru baginya. Ia mengaku senang dapat melihat berbagai pertunjukan dan instalasi yang belum pernah ia temui sebelumnya. Namun, ia berharap agar pengaturan antrean di masa depan bisa lebih efisien. “Antreannya agak lama, jadi mungkin bisa diperbaiki lagi. Apalagi di luar panas juga,” ujar Rahmad Dyor.
Festival Komunitas Seni Media 2024 berhasil memberikan warna baru dalam dunia seni media Indonesia, sekaligus menawarkan ruang eksplorasi dan ekspresi bagi seniman dan komunitas lokal. Ridho’i berharap, melalui acara ini, seni media di Makassar dapat tumbuh dan memunculkan karya-karya baru yang segar dan inovatif, memperkaya lanskap seni media di Indonesia di masa mendatang. (Dyt)