STARNEWSID.COM, MAKASSAR — Berdasarkan SK Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Nomor 6/III.9./HK/2024 dengan SKIM Purwarupa Alat Deteksi Kesehatan Tahun 2024 drg. Fuad Husain Akbar MARS, Ph.D peneliti berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi Unhas dan Dr. dr. Hasta Handayani Idrus peneliti BRIN berhasil mendapatkan dana hibah penelitian multi years.
Mereka melakukan penelitian bersama untuk membuat bahan tambal gigi dengan bahan dasar limbah tulang sapi, bahan tambal ini akan menjadi produk lokal yang pertama di Indonesia dan tersertifikasi halal serta yang terpenting bahan tambal gigi ini akan terjangkau dari segi harga sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, pada tahun pertama setelah dilakukan penelitian dasar terkait uji kandungan mineral ekstrak tulang sapi, maka pada penelitian selanjutnya akan kami meneliti komposisi sediaan material bahan tambalan gigi tersebut.
Salah satu penyebab gigi terasa nyeri atau sakit adalah akibat adanya lubang pada gigi. Gigi berlubang pada istilah medis disebut karies, yakni suatu penyakit yang menyerang gigi dan mengakibatkan gigi berlubang. Karien gigi saat ini menjadi salahsatu masalah kesehatan yang urgen untuk diselesaikan, melihat tingginya angka kejadian karies di Indonesia, menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 mencatat bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi berlubang (45,3%). Masyakarat Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan gigi dan mulut sebesar 57,6% dengan skor DMF-T mencapai 7,1%. Berdasarkan kelompok umur, proporsi masalah gigi yang rusak, berlubang pada kelompok umur 5-9 tahun adalah 54%, kelompok umur 10-14 tahun adalah 41,4%. Sedangkan kondisi nasional karies gigi pada kelompok umur 5-9 tahun prevalensi karies adalah 92,6% dan kelompok umur 10-14 tahun prevalensi karies adalah 73,4%.
Timbulnya lubang pada gigi disebabkan adanya sisa makanan yang masih melekat pada gigi. Bakteri yang ada pada mulut akan melekat pada sisa-sisa makanan dan senyawa glikoprotein dari air ludah sehingga membentuk lapisan kuning yang melekat pada gigi, lapisan berwarna kuning ini yang disebut dengan plak. Seiring waktu plak akan berkembang menjadi biofilm dan termineralisasi hingga akhirnya membentuk karang gigi atau kalkulus. bakteri ini akan mengikis lapisan gigi secara perlahan dan menimbulkan lubang pada gigi yang disebut dengan karies.
Keberadaan limbah tulang tulang sapi di Indonesia cukup tinggi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah total sapi yang disembelih secara nasional mencapai 1.979.079 ekor, namun belum tercapai pengolahan secara optimal mulai dari mencegah pencemaran lingkungan dan sekaligus mampu meminimalkan masalah kesehatan yaitu masalah gigi berlubang. Tingginya penduduk Indonesia mengalami gigi berlubang memicu meningkatnya permintaan akan jumlah material yang berfungsi untuk tambal gigi. Saat ini belum ada bahan tambal gigi manusia yang diproduksi didalam negeri semuanya masih diimpor dari luar negeri sehingga harga bahan tambal gigi ini relatif mahal sehingga menyebabkan biaya tambal gigi menjadi tidak terjangkau. Komposit merupakan salah satu bahan tambal gigi yang paling populer dikalangan dokter gigi. Gigi berlubang ditambal menggunakan bahan tambal khusus berupa semen ionomer, komposit.
Berdasarkan hasil penelitian bersama yang kami lakukan di Balai Besar Laboratorium Kota Makassar pada bulan Oktober tahun 2024 ditemukan bahwa sumber alami hidroksiapatit berasal dari limbah tulang hewan seperti sapi, kerbau, kambing, kuda ,babi, dan ikan. sementara tulang sapi masih belum dimanfaatkan dan menjadi limbah. Padahal limbah tulang sapi mengandung 93% Hidroksiapatit dan 7% β-Trikalsium-fosfat. bahan alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan tambal gigi adalah hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Hidroksiapatit (HA) memiliki struktur heksagonal dan stoikiometri rasio perbandingan kalsium/fosfor (Ca/P) 1,67 yang identik dengan kalsium apatit pada tulang. Sejatinya gigi tersusun dari lapisan luar yang disebut enamel lapisan dalam yang disebut dentin. Komposisi kimia enamel gigi terdiri dari 97% Hidroksiapatit dan 3% lainnya berupa material organik dan air. Pada dentin, jumlah hidroksiapatit mencapai 70%. sehingga bisa dijadikan sebagai bahan tambal gigi.
Menurut Dr. Hasta selaku peneliti BRIN mengatakan bahwa Hidroksiapatit yang akan dijadikan bahan tambal gigi disintesis dari limbah tulang sapi dengan metode Sol-Gel sampai didapatkan serbuk HA berwarna putih bersih. Serbuk HA kemudian dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan ukuran molekulnya dilihat menggunakan Scanning Electron Microscopy – Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS).
Kesamaan susunan kimia ini menjadikan hidroksiapatit dari tulang sapi bisa dijadikan sebagai bahan alternatif tambal gigi guna menangani gigi berlubang akibat karies. Hidroksiapatit memiliki beberapa keuntungan sebagai bahan tambal gigi yakni sifat termodinamikanya yang stabil dibawah pengaruh fisiologis seperti pH, suhu, dan cairan tubuh. Hidroksiapatit bioaktif, osteokonduktif, tidak menginfeksi jaringan. hidroksiapatit bisa digunakan sebagai bahan tambahan guna menguatkan bahan tambal gigi.
Tutur drg. Fuad dosen FKG Unhas berkaca dari permasalah diatas diperlukan penelitian lanjutan guna menyempurnakan kembali hidroksiapatit dari limbah tulang sapi menjadi bahan tambal gigi yang baik. Pada akhirnya limbah tulang sapi bisa dimanfaatkan sebagai bahan tambal gigi manusia akibat karies dalam rangka mendukung Indonesia lebih sehat.
Bahan tambal gigi yang kami temukan ini kedepan akan menjadi bahan alternatif tambal gigi pertama sebagai produk lokal di Indonesia, selain itu produk bahan tambal gigi ini juga akan kami urus agar mendapatkan sertifikasi halal, dengan adanya bahan tambal gigi lokal ini, kita tidak perlu lagi mengimpor bahan tambal gigi, bahan tambal gigi impor selama ini akan berkonsekuensi tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk menambal giginya yang rusak sehingga tidak semua masyarakat mampu mengaksesnya, kami berharap akan ada industri yang berminat memproduksi dalam jumlah massal, sehingga harga tambal gigi akan menjadi lebih terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan pada akhirnya dapat menekan tingginya angka karies gigi di Indonesia.(*)