STARNEWSID.COM, BULUKUMBA —- Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bulukumba yang difasilitasi Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulawesi Selatan menggelar High Level Meeting dan Capacity Building penyusunan neraca pangan yang berlangsung di Ruang Kahayya, lantai 4 Gedung Pinisi Bulukumba, Selasa 21 Oktober 2025.
Bulukumba menjadi tuan rumah pada High Level Meeting & Capacity Building Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Zona I (Kawasan Bulukumba-Kepulauan Selayar-Bantaeng-Jeneponto), dihadiri oleh Staf Ahli Ekonomi Gubernur Sulsel bidang Kerakyatan Dr. Since Erna Lamba yang mewakili Pemprov Sulsel dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia perwakilan Sulsel, Wahyu Purnama.
Selain Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf-Andi Edy Manaf, beberapa kepala daerah juga hadir dapat kegiatan tersebut, di antaranya Bupati Kepulauan Selayar, Muhammad Natsir Ali, Wakil Bupati Bantaeng, Sahabuddin, serta Wakil Bupati Jeneponto, Muhammad Islam Iskandar.
Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf di awal sambutannya memaparkan bahwa Bulukumba pernah menjadi daerah terbaik kedua pengendalian inflasi di Indonesia. Itu kata dia, berkat program ketahanan pangan yang dikebut di awal-awal pemerintahannya.

Bupati yang akrab disapa Andi Utta, lebih jauh merinci beberapa program strategis dalam menekan laju inflasi di Bulukumba, seperti sektor pertanian, perkebunan, hingga perdagangan.
Sektor pertanian, kata dia lagi, Pemkab Bulukumba memfasilitasi pengadaan Alsintan dan bibit unggul gratis dengan melibatkan pihak swasta melalui CSR dan pemanfaatan pupuk organik dan pupuk kimia secara berimbang.
“Di sektor Perkebunan, kita memfasilitasi pengadaan bibit holtikultural secara gratis dan pendampingan oleh OPD terkait dengan melibatkan TNI/Polri baik perorangan maupun kelompok,” kata Andi Utta.

Andi Utta menyatakan, salah satu upaya yang didorong secara massif untuk pengendalian inflasi Bulukumba adalah inovasi GEMOIH atau Gerakan Menanam Lombok Nikmati Hasilnya yang diinisiasi oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Bulukumba bersama pemerintah desa dan kelurahan dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong.
“Di tingkat OPD (Organisasi Perangkat Daerah), para pegawai juga memanfaatkan pekarangan kantor untuk menanam lombok dan sayuran,” jelasnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia perwakilan Sulsel, Wahyu purnama menegaskan pentingnya mengendalikan inflasi, terutama inflasi pangan. Ia kemudian menyampaikan perkembangan inflasi di Sulsel per September 2025.

Adapun inflasi year-to-date per Januari sampai September 2025, lanjutnya, inflasi Sulsel ada di angka 2,32 persen. Tetapi untuk Bulukumba sendiri itu di angka 2,15 persen, angka yang cukup rendah.
“Jadi yang paling rendah adalah Kota Makassar di angka 2,00 persen. Kemudian paling rendah kedua Bulukumba,” ujar Wahyu disambut riuh tepuk tangan.
Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan alasan kenapa mesti pengendalian inflasi daerah dibagi per zona. Sebab nantinya pengendalian inflasinya dapat diprioritaskan, serta saling melengkapi kebutuhan di masing-masing kabupaten dari zona tersebut.

“Karena itu, sudah sewajarnya menggerakkan ekonomi yang ada di daerah kita, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto dan Kepulauan Selayar. Apa yang menjadi potensi unggulan kita, itulah yang kita kerjakan, sehingga memiliki nilai tambah dan pendapatan masyarakat,” jelas Since Erna Lamba.
Diketahui, pada September 2025 terjadi Inflasi Year on Year sebesar 2,80 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 107,90.
IHK ini berada di bawah nasional 108,74 dan Provinsi 108,72 persen.(*)









