STARNEWSID, JAKARTA – Digitalisasi layanan administrasi kependudukan (Adminduk), dan tanda tangan elektronik (TTE) yang diterapkan Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri membawa dampak positif terhadap pengehamatan anggaran negara.
Sejak program ini diterapkan tahun 2019 silam, setiap tahun Dukcapil Pusat dan Daerah berhemat anggaran hingga Rp400 miliar.
“Dengan perubahan penggunaan kertas biasa ini, tak perlu lagi pengadaan kertas berhologram sehingga Negara, setiap tahun Dukcapil pusat dan daerah menghemat anggaran Rp 400 Miliar,” ungkap Dirjen Dukcapil Kemendagri, Prof Zudan Arif Fakrulloh, Senin (24/1/2022).
Hal itu dikatakan Dirjen Zudan menanggapi pertanyaan dari warga mengapa kartu keluarga sekarang dicetak tidak berwarna biru seperti dulu tapi seperti kertas biasa fotokopian.
“Hal ini sudah diatur dalam Permendagri No 108 dan 109 tahun 2019. Layanannya bisa online dan dicetak dengan kertas putih biasa,” terangnya.
Lebih lanjut Zudan menerangkan, dari 24 layanan Dukcapil, 22 pelayanan sudah bisa dicetak di kertas putih biasa
“Yang belum bisa dicetak biasa hanya KTP-el dan Kartu Identitas Anak (KIA),” katanya.
Sedangkan kepada penduduk, lanjutnya, dipersilahkan untuk mencetak sendiri dokumennya. Boleh minta file nya ke Dinas Dukcapil.
“Jadi, rekan-rekan mengurus online, persyaratan di upload. Setelah selesai file nya dikirim ke teman-teman lewat email atau Whatsapp. Setelah itu cetak sendiri dokumennya di rumah dengan hvs warna putih ukuran A4, beratnya 80 gram,” tuturnya.
Sebelumnya, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan Akta Kematian dicetak menggunakan kertas khusus security printing berhologram dari Dukcapil.
Menurut Zudan, pencetakan dokumen kependudukan secara mandiri dari rumah penduduk melalui layanan online atau melalui Anjungan Dukcapil Mandiri, maka otomatis bakal menghilangkan praktik pungli dan percaloan karena tak ada layanan tatap muka dengan petugas.
“Ini merupakan langkah-langkah penghematan yang dilakukan Dukcapil pusat dan daerah,” katanya.
Dirjen Zudan juga menegaskan dokumen yang dicetak dengan kertas HVS 80 gram itu dijamin keabsahan termasuk keamanannya, serta mudah dicek dokumen tersebut asli atau palsu.
“Cara mengujinya dengan memindai QR (quick response) code pada dokumen dengan QR scanner di smartphone. Atau bisa dengan aplikasi QR code reading yang bisa diunduh di Playstore,” jelas Dirjen Zudan.
Kode QR pada dokumen kependudukan yang dicetak di kertas HVS ini tak lain merupakan tanda tangan elektronik sebagai ganti tanda tangan dan cap basah yang dulu dicetak dengan security printing.(rus)