Jenis-Jenis Makanan Sebagai Sumber Energi

Muh. Syahrir Gassa

Oleh: Muh. Syahrir Gassa
Dosen jurusan Kimia FMIPA UNM

STARNEWS.ID.COM- Umumnya masyarakat mungkin banyak bertanya mengenai makanan apa yang termasuk sebagai penghasil energy bagi tubuh. Jenis-jenis makanan yang ada dalam lingkungan kita dapat menghasilkan energy diantaranya adalah, mengandung karbohidrat: serealia (beras, gandum, ubi kayu, talas, sagu, kentang, ubi jalar, kedelai, kenari, apel, pisang, semangka, alpukat dan lain-lain), sedangkan makanan yang mengandung lemak diantaranya adalah: ikan, alpukat, biji-bijian, kacang-kacangan, minyak zaitun, kelapa, minyak kelapa, telur, keju, dan lain-lain, serta makanan yang mengandung protein adalah: telur, tahu, ikan, susu, brokoli, kacang tanah, ayam, bayam, tempe, kacang polong, daging kerbau, daging sapi, dan lain-lain.

Bacaan Lainnya

Makanan masuk dalam system pencernaan dalam tubuh kita terdiri atas: karbohidrat, lemak dan protein melalui suatu proses pembentukan energy dalam tubuh, dan berlangsung secara mekanik dan biologi serta kimia. Proses mekanik terjadi di dalam mulut dengan cara memotong-motong dan mencabit-cabit makanan dengan bantuan gigi, sampai menjadi halus, serta adanya bantuan air ludah, dan enzim amylase sehingga terbentuk amilum, kemudian diubah menjadi molekul sederhana di dalam lambung dimana akan terjadi proses secara kimiawi dengan bantuan asam yang terdiri atas asam klorida, kalium klorida dan natrium klorida, dimana asam tersebut diproduksi sekira 3-4 liter dalam setiap harinya dalam lambung, sehingga cairan tersebut membuat molekul sederhana diuraikan lagi menjadi molekul paling sederhana berupa senyawa glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

Selain itu protein dan lemak juga ikut dipecahkan menjadi molekul sederhana. Zat inilah diantaranya (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) yang dibakar menggunakan oksigen sehingga berubah menjadi air dan karbon dioksida. Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energy, maka seseorang diharapkan tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu, karena persediaan glikogen hanya bertahan untuk keperluan beberapa jam.

Kemudian sebaliknya kelebihan glukosa dalam tubuh dapat diubah menjadi lemak yang terjadi di dalam hati kemudian disimpan pada jaringan lemak dalam jumlah yang tidak terbatas. Proses pembakaran glukosa, fruktosa dan galaktosa dalam tubuh terjadi karena kita sebagai manusia hampir setiap detiknya menghirup oksigen dari udara luar kemudian masuk ke dalam system pernafasan mulai dari hidung– paru-paru – jantung – ke seluruh tubuh. Pada system pernafasan tersebut dimana oksigen bercampur dengan hemoglobin (sel darah merah) dalam paru-paru kemudian dibawa ke jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh.

Hemoglobin oksida (HbO2) bereaksi dengan glukosa (C6H12O6) dalam tubuh menghasilkan air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses pembakaran dan dikeluarkan melalui saluran eskresi misalnya pada pori-pori kulit, uretra dan anus, sedangkan karbon dioksida dikeluarkan melalui hidung. Selain air dan karbon dioksida juga diperoleh panas atau kalor atau energy dimana besarnya perubahan kenaikan atau penurunan kalor reaksi tergantung dari keadaan awal dan akhir reaksi dan tidak bergantung pada jalannya suatu reaksi. Itulah sebabnya ketika kita misalnya berhenti bernafas maka tidak ada lagi oksigen yang masuk ke dalam system pernafasan sehingga secara langsung tidak ada proses pembakaran glukosa, fruktosa, maupun galaktosa dalam tubuh sehingga aktivitas pemompaan darah oleh jantung ke seluruh tubuh menjadi berhenti maka tidak ada lagi proses kehidupan dalam tubuh seseorang.

Biasanya jika seseorang mulai kekurangan oksigen maka biasanya dibantu dengan pernafasan buatan dalam memberikan pertolongan pertama kepada pasien sebelum dibawa ke rumah sakit. Walaupun tidak ada asupan makanan dan minuman dari luar tetapi di dalam tubuh terdapat sejumlah persediaan energy yang tersimpan berupa lemak dan protein, tetapi untuk menghindari banyaknya lemak dan protein terurai terlebih dahulu dalam tubuh maka biasanya pasien diinfus dengan cairan yang mengandung glukosa, fruktosa atau galaktosa, serta dengan mudah pula obat diinjeksi ke dalam cairan infusnya dalam mempermudah reaksi penyerapan obat ke dalam tubuh.

Dua tahun terakhir ini, negara kita bahkan sejumlah negara di dunia mengalami pandemic Covid-19. Menurut hemat saya pribadi jika seseorang mengidap penyakit Covid-19 tidak perlu dibantu dengan oksigen dalam bentuk ventilator tetapi seseorang dibiarkan mencari udara segar atau ditempatkan pada kamar perawatan yang memiliki ventilasi udara yang baik dan cukup untuk udara bersih kemudian dahak mestinya dikeluarkan semua dari tenggorokannya sendiri dari seorang pasien dengan sedikit dipaksakan keluar melalui mulut pasien sambil dibantu dengan obat pencair dahak atau menghirup minyak kayu putih, sehingga tidak perlu diberikan bantuan oksigen dalam bentuk ventilator kecuali sudah sangat terpaksa digunakan.

Selain itu jika pasien masih bisa jalan, hendaknya pada waktu subuh hingga matahari terbit disarankan pergi joging atau melakukan jenis olahraga lainnya. Jika seseorang berhenti proses kehidupannya maka tidak ada lagi aktivitas yang bisa dilakukan semua sehingga tubuh berubah status menjadi mayat dimana yang mengurusinya adalah sanak keluarga, sahabat atau kaum muslimin terutama yang ada disekitarnya untuk memandikan, mengkafani, menshalati dan terakhir menguburkan serta mendoakannya. Aamiin.(idj)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *